spring

Senin, 03 Desember 2012

Tertinggal



Akhirnya aku menemukan kesan sejati yang tertinggal di hatiku ketika membaca berita itu. Beritu tentang kecelakaan lalu lintas. Seorang pengendara motor tewas karena tenggelam di got saat terjadi hujan deras.
Banyak yang terlintas sepintas secepat kilat, saling berkelebat di kepala saat membaca keseluruhan berita. Sedikit lucu dan konyol, bukan? Sedalam apakah got yang dapat menenggalamkan orang? Dan got? Terbayang air hitam yang mengalir deras saat hujan lebat di Jakarta ini. Tapi, sungguh mengerikan jika kita melanjutkan tertawa ketika membaca berita kematian. Tak diketahui identitas sang pengendara. Aku mempertanyakan di awang-awang bagaimana si pengendara dapat jatuh ke dalam got. Apakah dia tidak melihat got yang seharusnya sungguh sangat besar sehingga dapat menenggelamkannya? Jawab akalku, mungkin air got meluap sangat banyak sehingga menggenang seperti banjir dan si pengendara tidak sadar ia akan menuju lubang kematiannya. Mengapa ia tidak lompat saja ketika merasa motornya akan jatuh?  Ia, termasuk aku, tentu tidak menyangka hidupnya akan berakhir di tempat yang sangat, boleh dibilang, sepele. Kematian dapat datang di mana dan kapan saja, teman.
Pada berita diceritakan, saksi mata melihat sang pengendara jatuh  bersama motornya dan langsung hilang tergerus arus deras. Ini juga membuatku sedikit terkejut. Ternyata ada saksi mata, mengapa si pengendara tidak tertolong? Akalku menjawab, tentu tidak sesederhana itu. Kondisi lapangan dapat membuat otak dan hati menjadi tidak akur. Dan kebanyakan otot-otot tubuh akan selalu berpihak pada si otak. Seperti pemilu, dua pun menang dari satu. Korban yang tak terselamatkan tentu bukan alasan kita untuk musuhi saksi mata , walaupun aku bertanya-tanya usaha apa yang mereka lakukan untuk menolongnya. Usaha itu mungkin saja ada, mungkin saja tidak.
Asumsiku, got dibuat lebar dan masih sampai meluap, tentu tempat tersebut sangat padat pertokoan atau rumah tinggal sebagai akibat strategisnya tempat tersebut. Pasti jalanannya sangat ramai. Jalanan sangat ramai. Aku membayangkan di tengah hiruk pikuk hujan deras, kemactan motor dan mobil memburu pulang ke rumah sehabis kerja, seseorang hilang di keramaian. Dan hidup mengucapkan selamat tinggal padanya.
Maksudku, yang selama ini kuketahui, banyak sebab orang meninggal. Sakit keras, kecelakaan yang mengakibatkan trauma akut pada organ tubuhnya, ataupun tiba-tiba saja meninggal. Ada juga orang meninggal tenggelam di laut, di sungai, dan di kolam renang. Sangat mudah diterima karena tentu sangat sulit dan jarak terlalu jauh untuk menolongnya. Tetapi di kejadian ini, mungkin saja ketika si pengendara jatuh,setengah meter di sebelahnya, ada orang lain juga. Aku bukan menyalahkan saksi mata kenapa tidak menolongnya. Aku tidak melihat kondisi sebenarnya. Yang aku camkan bahwa tragis sekali ia tidak tertolong pada kondisi yang secara logika manusia seharusnya ia dapat terselamatkan. Benar, bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita dari kematian walaupun berlindung di benteng yang kokoh, memiliki badan sehat, dan tangan orang lain untuk berpegangan.
Pada keramaian petang ber-hujan, ia terpisah dari rombongan kemacetan, ia terpisah dari hayatnya. Orang-orang yang lalu lalang mungkin akan behenti, bertanya, lalu bersedih, dan kemudian melanjutkan perjalanan. Dan ia tetap tertinggal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar