spring

Selasa, 21 Mei 2013

Melipir ke Sindoro, 28-31 Maret 2013


My number 1 list terpaksa tertunda lagi. Disebabkan hujan badai di musim pancaroba dan pohon-pohon tetumbangan menutupi jalur maka jalur pendakian Gunung Semeru ditutup. Kepastian datang tiga hari sebelum tanggal jadwal kereta yang tertera di tiket yang sudah di tangan. 

Nggak begitu menyesal sih, sudah siap-siap aja dengan akhir yang begini, namanya juga lagi pancaroba J..
Tapi terus jadi bingung, rencana B yang kira-kira mau muter-muter Jawa Timur di-dislike sama teman yang lain. Setelah menggalau 2x24 jam, muncul ajakan sama si teman untuk ke Sindoro. Beranchhuutt..!!
Dari stasiun Senen, kami beriga naik kereta Matarmaja sekitar jam 3 sore jurusan Malang, tapi nanti turun di tengah-tengah, yaitu stasiun Poncol Semarang.  Baru kali ini naik kereta api jurusan yang jauh-jauh di pulau Jawa (udikk,, :p)



Sekitar pukul 11 malam, kami sampai di stasiun Poncol. Setelah sholat danbersih-bersih, kami lalu berjalan kaki ke masjid besar (lupa namanya)  yang ada di Simpang Lima. Jalan kaki? Iya jalan kaki,dengan bawa carrier dan mampir di McD, karena udah laper berat, kami sampai di masjid sekitar jam 3.

Kami tidur di teras masid dengan banyak orang-orang lain yang sepertinya dalam perjalanan juga. Sekitar jam 5 kurang, kami terbangun karena adzan subuh dan suara Bapak-bapak, “He, mas, bangun mas..!! Sholat, ini masjid! Bangun dulu, sholat. Nanti dilanjut lagi!” dengan logatnya yang medhok Jawa. Orang-orang bangun dengan kaget dan muka linglung. Agak lucu juga sebenarnya J

Pagi menjelang, pikiran baru ON. Dan ternyata ingat aku punya teman di Semarang ini, Ungaran tepatnya, yang sebenarnya bisa ‘dimanfaatkan’ supaya nggak usah jalan kaki tadi malam, hehe..
Perjalanan dilanjut naik bus ekonomi jurusan Purwokerto yang kami nanti akan turun di desa Kledung, pintu masuk langsung ke jalur pendakian Sindoro. Pemandangan selama perjalanan lumayan menyegarkan mata, melewati sawah-sawah, sungai, dan gunung Ungaran. Setelah tiga jam pantat panas duduk di atas mesin (udah syukur dapet tempat duduk) kami berhenti di depan gapura desa Kledung.

Sampai di basecamp kami rehat sejenak sambil menunggu hujan deras yang kayak benar-benar tumpah dari langit dan teman-teman lain dari Jakarta yang terjebak macet long wiken.  Tadinya beberapa dari kami berencana naik besok pagi saja, karena tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, tapi si Om Jim ketua sukunya mengusulkan berangkat sesudah hujan berhenti saja. Dengan gabungan rekan dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Oke kami pun berangkat.  Tepat   di pos satu, adzan maghrib berkumandang, suasana mendung. Baru pertama kalinya ini aku trekking malam, Bismillah..!!

Jalur awal-awal, nanjak terus, napas megap-megap, udah kayak mau putus (lebay..!). Padahal sebelum berangkat tadi udah sempet tukeran carrier, karena ada yang berbelas kasihan melihat carrierku yang tinggi menjulang ( aku juga ga tau knapa bisa heboh, padahal ga ada isi yang macem-macem..). Aku ada di tengah-tengah barisan.  Duh, yang depan racing banget dengkulnya. Semampuku sajalah, dalam hatiku, sambil berjalan pelan-pelan menyambung napas satu-satu. Sekitar 1,5 jam perjalanan, napas dan kaki sudah mulai stabil, dan yang depan-depan stabil juga racingnya (Saluutt..!! padahal jalanan licin habis hujan). Tapi walupun begitu, mereka tetap menunggu kami yang di belakang ini, dan ada Om Jim setia mengiring kami di paling belakang.  Good team!

Sekitar 2 jam perjalanan, kami berpapasan dengan regu penyelamat yang membawa seseorang yang ditandu. Menurut info, karena keseleo. Wah harus lebih hati-hati nih.. Tak lama kami pun sampai di pos 3, camping area, which is masih setengah perjalanan menuju puncak. Sudah banyak yang nge-camp rupanya.
Nggak begitu laper buat makan, langsung tidur stelah sebelumnya sholat dulu. Pagi jam 4 bangun, siap-siap muncak. Dengar-dengar kabar, katanya pos 3 ini nggak aman. Jadi kalau mau muncak, harus diangkut semuanya. Ternyata ada teman yang kakinya sakit dan nggak muncak. Hikmahnya, kami bisa muncak tanpa bawa carrier.

Satu suasana yang membekas adalah, ketika langit berwarna biru dongker (habis subuh gitu) di langit masih ada bulan yang redup, di sebelah sisi lainnya matahari mulai merekah, dan dialasi dataran yang seperti savanna. Jempol empat!!
Mendaki bukit, di balik bukit, masih ada bukit lagi. Terlihat dataran yang paling tinggi hanya yang ada di depan mata, secercah harapan muncul, puncak sebentar lagi. Kabut  menghilang, ternyata masih ada bukit lagi di belakangnya, hopeless..



Setelah 5 jam perjalanan diselingi jalur trekking yang sempit, akhirnya sampai di puncak. Alhamduliiah,,
Area kawahnya gede banget, dan ternyata ada alun-alun yang cantik dan luaass banget..!! 
Setelah jepret sana sini bernarsis ria dan makan ala kadarnya (baru inget belum makan dari semalem) kami turun.  Di tengah jalan hujan deras mengguyur. Setelah terpeleset kesekian kali dan jalur trekking yang ajib, kami pun sampai di tenda.  Hujan baru berhenti setelah maghrib.
Kami menginap semalam lagi di pos 3, dan pagi nya setelah menikmati sunrise dengan latar Gunung Sumbing, kami pun turun ke basecamp. Om Jim dan beberapa teman janjut Merapi, lalu ada yang langsung balik ke Jakarta, kemudian ada yang mampir ke Solo sebelum ke Surabaya, dan aku pun memilih mampir ke Semarang, Ungaran tepatnya.



Have a nice trip fellas..!! :)