My number 1 list terpaksa tertunda
lagi. Disebabkan hujan badai di musim pancaroba dan pohon-pohon tetumbangan
menutupi jalur maka jalur pendakian Gunung Semeru ditutup. Kepastian datang
tiga hari sebelum tanggal jadwal kereta yang tertera di tiket yang sudah di
tangan.
Nggak begitu menyesal sih, sudah
siap-siap aja dengan akhir yang begini, namanya juga lagi pancaroba J..
Tapi terus jadi bingung, rencana B
yang kira-kira mau muter-muter Jawa Timur di-dislike sama teman yang lain.
Setelah menggalau 2x24 jam, muncul ajakan sama si teman untuk ke Sindoro.
Beranchhuutt..!!
Dari stasiun Senen, kami beriga
naik kereta Matarmaja sekitar jam 3 sore jurusan Malang, tapi nanti turun di
tengah-tengah, yaitu stasiun Poncol Semarang. Baru kali ini naik kereta api jurusan yang
jauh-jauh di pulau Jawa (udikk,, :p)
Sekitar pukul 11 malam, kami sampai
di stasiun Poncol. Setelah sholat danbersih-bersih, kami lalu berjalan kaki ke
masjid besar (lupa namanya) yang ada di
Simpang Lima. Jalan kaki? Iya jalan kaki,dengan bawa carrier dan mampir di McD,
karena udah laper berat, kami sampai di masjid sekitar jam 3.
Kami tidur di teras masid dengan
banyak orang-orang lain yang sepertinya dalam perjalanan juga. Sekitar jam 5
kurang, kami terbangun karena adzan subuh dan suara Bapak-bapak, “He, mas,
bangun mas..!! Sholat, ini masjid! Bangun dulu, sholat. Nanti dilanjut lagi!”
dengan logatnya yang medhok Jawa. Orang-orang bangun dengan kaget dan muka
linglung. Agak lucu juga sebenarnya J
Pagi menjelang, pikiran baru ON.
Dan ternyata ingat aku punya teman di Semarang ini, Ungaran tepatnya, yang
sebenarnya bisa ‘dimanfaatkan’ supaya nggak usah jalan kaki tadi malam, hehe..
Perjalanan dilanjut naik bus
ekonomi jurusan Purwokerto yang kami nanti akan turun di desa Kledung, pintu
masuk langsung ke jalur pendakian Sindoro. Pemandangan selama perjalanan
lumayan menyegarkan mata, melewati sawah-sawah, sungai, dan gunung Ungaran.
Setelah tiga jam pantat panas duduk di atas mesin (udah syukur dapet tempat
duduk) kami berhenti di depan gapura desa Kledung.
Sampai di basecamp kami rehat
sejenak sambil menunggu hujan deras yang kayak benar-benar tumpah dari langit
dan teman-teman lain dari Jakarta yang terjebak macet long wiken. Tadinya beberapa dari kami berencana naik
besok pagi saja, karena tak ada tanda-tanda hujan akan berhenti, tapi si Om Jim
ketua sukunya mengusulkan berangkat sesudah hujan berhenti saja. Dengan
gabungan rekan dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya, Oke kami pun berangkat. Tepat
di pos satu, adzan maghrib berkumandang, suasana mendung. Baru pertama
kalinya ini aku trekking malam, Bismillah..!!
Jalur awal-awal, nanjak terus,
napas megap-megap, udah kayak mau putus (lebay..!). Padahal sebelum berangkat
tadi udah sempet tukeran carrier, karena ada yang berbelas kasihan melihat carrierku
yang tinggi menjulang ( aku juga ga tau knapa bisa heboh, padahal ga ada isi
yang macem-macem..). Aku ada di tengah-tengah barisan. Duh, yang depan racing banget dengkulnya.
Semampuku sajalah, dalam hatiku, sambil berjalan pelan-pelan menyambung napas
satu-satu. Sekitar 1,5 jam perjalanan, napas dan kaki sudah mulai stabil, dan
yang depan-depan stabil juga racingnya (Saluutt..!! padahal jalanan licin habis
hujan). Tapi walupun begitu, mereka tetap menunggu kami yang di belakang ini,
dan ada Om Jim setia mengiring kami di paling belakang. Good team!
Sekitar 2 jam perjalanan, kami
berpapasan dengan regu penyelamat yang membawa seseorang yang ditandu. Menurut
info, karena keseleo. Wah harus lebih hati-hati nih.. Tak lama kami pun sampai
di pos 3, camping area, which is masih setengah perjalanan menuju puncak. Sudah
banyak yang nge-camp rupanya.
Nggak begitu laper buat makan,
langsung tidur stelah sebelumnya sholat dulu. Pagi jam 4 bangun, siap-siap
muncak. Dengar-dengar kabar, katanya pos 3 ini nggak aman. Jadi kalau mau
muncak, harus diangkut semuanya. Ternyata ada teman yang kakinya sakit dan
nggak muncak. Hikmahnya, kami bisa muncak tanpa bawa carrier.
Satu suasana yang membekas adalah,
ketika langit berwarna biru dongker (habis subuh gitu) di langit masih ada
bulan yang redup, di sebelah sisi lainnya matahari mulai merekah, dan dialasi
dataran yang seperti savanna. Jempol empat!!
Mendaki bukit, di balik bukit,
masih ada bukit lagi. Terlihat dataran yang paling tinggi hanya yang ada di
depan mata, secercah harapan muncul, puncak sebentar lagi. Kabut menghilang, ternyata masih ada bukit lagi di
belakangnya, hopeless..
Setelah 5 jam perjalanan diselingi
jalur trekking yang sempit, akhirnya sampai di puncak. Alhamduliiah,,
Area kawahnya gede banget, dan ternyata
ada alun-alun yang cantik dan luaass banget..!!
Setelah jepret sana sini bernarsis
ria dan makan ala kadarnya (baru inget belum makan dari semalem) kami
turun. Di tengah jalan hujan deras
mengguyur. Setelah terpeleset kesekian kali dan jalur trekking yang ajib, kami
pun sampai di tenda. Hujan baru berhenti
setelah maghrib.
Kami menginap semalam lagi di pos 3, dan pagi nya setelah
menikmati sunrise dengan latar Gunung Sumbing, kami pun turun ke basecamp. Om
Jim dan beberapa teman janjut Merapi, lalu ada yang langsung balik ke Jakarta,
kemudian ada yang mampir ke Solo sebelum ke Surabaya, dan aku pun memilih
mampir ke Semarang, Ungaran tepatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar