Akhirnya
aku menemukan kesan sejati yang tertinggal di hatiku ketika membaca berita itu.
Beritu tentang kecelakaan lalu lintas. Seorang pengendara motor tewas karena
tenggelam di got saat terjadi hujan deras.
Banyak
yang terlintas sepintas secepat kilat, saling berkelebat di kepala saat membaca
keseluruhan berita. Sedikit lucu dan konyol, bukan? Sedalam apakah got yang
dapat menenggalamkan orang? Dan got? Terbayang air hitam yang mengalir deras
saat hujan lebat di Jakarta ini. Tapi, sungguh mengerikan jika kita melanjutkan
tertawa ketika membaca berita kematian. Tak diketahui identitas sang pengendara.
Aku mempertanyakan di awang-awang bagaimana si pengendara dapat jatuh ke dalam
got. Apakah dia tidak melihat got yang seharusnya sungguh sangat besar sehingga
dapat menenggelamkannya? Jawab akalku, mungkin air got meluap sangat banyak
sehingga menggenang seperti banjir dan si pengendara tidak sadar ia akan menuju
lubang kematiannya. Mengapa ia tidak lompat saja ketika merasa motornya akan
jatuh? Ia, termasuk aku, tentu tidak
menyangka hidupnya akan berakhir di tempat yang sangat, boleh dibilang, sepele.
Kematian dapat datang di mana dan kapan saja, teman.
Pada
berita diceritakan, saksi mata melihat sang pengendara jatuh bersama motornya dan langsung hilang tergerus
arus deras. Ini juga membuatku sedikit terkejut. Ternyata ada saksi mata,
mengapa si pengendara tidak tertolong? Akalku menjawab, tentu tidak sesederhana
itu. Kondisi lapangan dapat membuat otak dan hati menjadi tidak akur. Dan
kebanyakan otot-otot tubuh akan selalu berpihak pada si otak. Seperti pemilu,
dua pun menang dari satu. Korban yang tak terselamatkan tentu bukan alasan kita untuk musuhi saksi mata , walaupun aku bertanya-tanya usaha apa yang mereka
lakukan untuk menolongnya. Usaha itu mungkin saja ada, mungkin saja tidak.
Asumsiku,
got dibuat lebar dan masih sampai meluap, tentu tempat tersebut sangat padat
pertokoan atau rumah tinggal sebagai akibat strategisnya tempat tersebut. Pasti
jalanannya sangat ramai. Jalanan sangat ramai. Aku membayangkan di tengah hiruk
pikuk hujan deras, kemactan motor dan mobil memburu pulang ke rumah sehabis
kerja, seseorang hilang di keramaian. Dan hidup mengucapkan selamat tinggal
padanya.
Maksudku,
yang selama ini kuketahui, banyak sebab orang meninggal. Sakit keras,
kecelakaan yang mengakibatkan trauma akut pada organ tubuhnya, ataupun
tiba-tiba saja meninggal. Ada juga orang meninggal tenggelam di laut, di
sungai, dan di kolam renang. Sangat mudah diterima karena tentu sangat sulit
dan jarak terlalu jauh untuk menolongnya. Tetapi di kejadian ini, mungkin saja
ketika si pengendara jatuh,setengah meter di sebelahnya, ada orang lain juga.
Aku bukan menyalahkan saksi mata kenapa tidak menolongnya. Aku tidak melihat
kondisi sebenarnya. Yang aku camkan bahwa tragis sekali ia tidak tertolong pada
kondisi yang secara logika manusia seharusnya ia dapat terselamatkan. Benar,
bahwa tidak ada yang dapat menyelamatkan kita dari kematian walaupun berlindung
di benteng yang kokoh, memiliki badan sehat, dan tangan orang lain untuk
berpegangan.
Pada
keramaian petang ber-hujan, ia terpisah dari rombongan kemacetan, ia terpisah
dari hayatnya. Orang-orang yang lalu lalang mungkin akan behenti, bertanya,
lalu bersedih, dan kemudian melanjutkan perjalanan. Dan ia tetap tertinggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar